Jangan bercanda!


Next Ending #6

 Misteri Ruang Baca

|5| Jangan bercanda!

{Cerbung bagian ke-5}


Banyu mengambil beberapa minuman soda dari lemari pendingin, menimbang-nimbang apa dia perlu membeli kopi juga atau tidak. Sedangkan Banu berada di sisi lain, menatap pada penganan yang berjejer rapi, setelah memutuskan apa saja yang ingin dibeli, dia menarik trolinya menuju tempat kembarannya. 

"Gue beli soda nih, lima. Terus kopi enaknya dua apa tiga?" Tanya Banyu.

"Tiga aja deh, Ayah kan juga suka kopi. Tambah susu juga."

"Empat?"

"Empat."

Banu melihat-lihat lagi, mungkin mereka perlu membeli beberapa bungkus keripik juga. Menggabungkan semuanya dalam satu troli, mereka menuju kasir dan membayar.

"Lo aja yang bawa, ya?"

"Ngantuk, Nu. Lo aja yang bawa."

Meskipun malas, tetap saja pemuda itu duduk di jok depan kemudi. Biasanya dia akan memaksa, tapi sekarang sepertinya Banyu benar-benar sedang mengantuk, lebih baik Banu mengalah daripada mereka pulang tanpa nyawa. Tadi sang ayah menyuruh mereka ke supermarket untuk membeli beberapa barang. Awalnya mau ke minimarket depan komplek saja, tapi ada satu dua macam benda yang sedang dicari, tidak tersedia di sana, terpaksa harus melaju lebih jauh.

Jarak antara rumah dan tempat yang mereka datangi tadi sekitar 11-13 menit. Berkeliling dari satu rak ke rak lain dan perjalanan pulang-pergi, mereka sudah keluar lima puluh lima menit, hampir satu jam. Lama sekali.

Sesampainya di rumah, memasukkan mobil ke garasi dan membawa semua barang belanjaan ke dalam, Banu dan Banyu disambut kesunyian. Melihat ke arah jam, sudah mendekati pukul sebelas malam. 

"Lah, masa semua udah pada tidur, sih?" Tanya Banyu dengan heran.

"Kalau tau gini, buat apa kita bela-belain keluar malam-malam, coba? Yaudah lah, Nyu. Masukin ke kulkas dulu semua minumannya, gue naro makanan ke lemari dulu."

Banyu mengangguk dan membereskan semuanya, tersisa pesanan ayah mereka saja.

"Ini punya Ayah taro mana?" Tanya Banyu sambil mengangkat tas belanjaan.

"Tadi kalo gak salah di ruang baca, deh."

"Yaudah taro sana aja, mau tidur weilah."

Pintu ruang bacanya sedikit terbuka, tanpa prasangka apapun, Banyu masuk sambil mendorong pintunya dan disambut kegelapan. "Nu, nyalain lampunya. Ngapain nunggu gue suruh dulu?"

"Udah gue pencet dari lo masuk tadi, kali. Tapi gak mau nyala, rusak kali ya." Banu merasa tidak nyaman dengan suasana gelap seperti ini, tapi mereka tidak akan lama. Mengeluarkan smartphone dan menyalakan lampu senternya, Banu ikut masuk menyusul Banyu.

"Di atas meja sana aja, Nyu." Banu mengarahkan ponselnya ke meja dekat rak buku, membantu penglihatan Banyu.

Bruak!  Duk!

"Astaghfirullah, apa itu?!"

Mereka menoleh ke sumber suara, mendapati beberapa buku dari rak paling atas sudah tergeletak di lantai.

"Bikin kaget aja, mungkin tadi Ayah abis baca-baca, terus gak bener kembaliin bukunya," ujar Banu sebagai sugesti untuk dirinya sendiri.

"Yaudah lah, kita keluar aj—"

Brak!

Pintunya tertutup.

Seketika, terlintas semua kejadian aneh di ruang baca ini dalam beberapa hari terakhir pada pikiran Banu. Detakan jantungnya sudah luar biasa nyaring. Banyu juga sama kagetnya, meski sedikit lebih tenang dibanding saudaranya.

Banyu berjalan menuju pintu dan mencoba menariknya, tidak bisa. 

Banu menyoroti sekitaran gagangnya, pintu itu tidak terkunci dari luar, tapi seperti ada yang menghalanginya untuk terbuka. 

Bruak!

Buku-bukunya terjatuh lagi, rasa takut mulai menggerayangi pikiran mereka.

Banu menelpon ibu mereka, tidak diangkat. Ayah mereka juga tidak menyahut, apalagi Binta, semua sudah tertidur.

"Kita teriak aja nih, Nyu?"

"Tapi nanti tetangga terganggu, Nu."

"Terus gimana?!" Banu sudah semakin takut dan kalut.

"Tenang—"

"Mana bisa?! Minggir," sela Banu, lalu menggedor pintu agak keras.

"Ayah! Ibu! Jangan becanda!!"

Bersambung 
{Bagian 5/6}









Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer