Prosa untuk Nona Dandelion

Sebuah Prosa Singkat


Sumber : pinterest


Prosa untuk Nona Dandelion

Nadiatus Sufla




    Kursi tua di depan jendela dapur adalah spot favoritku tiap berkunjung ke kediaman nenek. Duduk sambil menghirup udara segar di luar sana rasanya sungguh menyenangkan. Ditemani segelas teh dan sepiring penganan buatan ibu, sempurna sudah hariku.
    
     Berbahagia tidak melulu tentang berjalan-jalan ke luar negeri, mengambil swafoto di restoran megah, ataupun memakan makanan mewah yang mahal. Berdiam diri sambil memandang alam juga bisa membuat hati ceria, damai, dan tidak perlu keluar biaya. 

    Dari kecil, yang paling aku nantikan adalah waktu sore, waktu dimana nona Dandelion menari-nari bebas bersama ksatria Angin. Indah sekali, sesekali aku menangkap satu atau dua bunga yang lewat di depan wajahku. Sekadar menangkap untuk melepaskan kembali, aku hanya ingin melihat lebih dekat.
    
     Dulu sekali, aku pernah bermimpi untuk menjadi seorang putri yang bebas, pemberani, dan tangguh seperti nona Dandelion. Aku ingin mencoba berdansa dengan ksatria Angin, ingin terbang dan melihat betapa luasnya dunia ini, ingin bekelana dari satu kota ke kota lainnya. Ada banyak tempat yang mau kudatangi. Betapa sungguh menyenangkan hari-harinya, setidaknya itu yang dulu aku pikirkan.

    Setelah beranjak dewasa, aku mulai mengerti kerasnya dunia. Ternyata menjadi seperti nona Dandelion tidak semenyenangkan itu. Menjadi pengelana berarti harus berani menghadapi banyak hal baru. Sekarang dia bukan lagi mimpiku. 

    Berpindah tempat setiap saat bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, bagi nona Dandelion yang pemberani, itu bukan masalah besar. Dia pandai beradaptasi dengan lingkungan baru, sejauh apapun perginya, singgahnya selalu disambut hangat oleh tuan Tanah. 

    Nona Dandelion begitu sederhana, begitu cantik, dan memesona, tidak pernah bosan rasanya melihat dia ke sana dan ke sini. 

   Dari nona Dandelion, aku belajar bahwa meskipun terlahir menjadi mahkluk yang rapuh, kita tetap bisa menjadi tangguh. Seperti nona Dandelion yang meski bunganya terhempas angin dan tersebar, tapi masih tetap mempertahankan keutuhannya, tidak rusak sedikit pun.

   Dari nona Dandelion, aku belajar tentang keikhlasan, melepaskan, dan merelakan. Setiap angin berembus, dia harus berpisah dengan saudara-saudaranya, terpencar ke segala penjuru bumi. Dia melepaskan dengan bahagia.

   Sampai aku tua nanti pun, kuharap kamu masih setia berkelana, agar mungkin nanti kita bisa bertemu lagi.

   Kepada ksatria Angin, temanilah perjalanannya.

   Kepada tuan Tanah, sambutlah kedatangannya.

   Kepada nona Dandelion, berbahagialah selamanya.

   Dari aku, pengagum rahasiamu.



-Banjarmasin
14 sep 2020

Komentar

  1. Jadi orang yang berkelana memang tidak mudah. Tapi kalau sudah menjadi kemauan, ya harus beradaptasi. Terima kasih Nona Dandelion, bungamu bertebaran tapi kamu tetap utuh.

    BalasHapus
  2. Nona Dandelion yang berkelana jauh mencari rumah. Semoga bahagia selalu^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer