Misteri Ruang Baca Ending


 Misteri Ruang Baca Ending

|6| kesal

Harusnya Banu tidak perlu terlalu panik. Memang, dia terkunci di tempat yang bahkan untuk melihat tangannya sendiri saja tidak bisa, tapi dia tidak sendirian dalam kegelapan ini. Sebenarnya Banyu juga merasa luar biasa kaget, tapi karena sifatnya yang lumayan pemberani, emosinya lebih terkendali. 

Mungkin sudah lima menit berlalu sejak mereka menyadari pintu terkunci. Baru lima menit. Itu saja sudah cukup membuat Banu terduduk di lantai dengan lesu, dia kalut sekali. Lalu Banyu sibuk berpikir, kenapa suara gedoran pintu tadi tidak membangun siapa pun di rumah ini? 

Klek.

Suara kunci pintu yang dibuka mengagetkan mereka, tidak lama setelah itu pintunya terbuka dari luar. Banu langsung berdiri dan Banyu membuka pintu lebih lebar dan mendapati kekosongan. 

"Kenapa tiba-tiba bisa terbuka sendiri?" Tanya Banu penuh keheranan. Ekspresi takut dan bingung menyatu di wajahnya.

"Gak tahu, yang penting sekarang kita udah di luar, coba kita turun dan tanya sama Ayah tentang ini."

Banu menurut tanpa kata, mereka melangkah bersama ke lantai bawah, menuju kamar sang ayah. Tidak ada satu lampu pun yang menyala di lantai bawah. Banu menggunakan kembali senter ponselnya, hampir sampai dengan tujuan, Banu tidak sengaja menginjak sesuatu yang basah. Kaget. Dia cepat-cepat berjalan mundur, tindakan itu membuat Banyu mengikuti gerakannya. 

"Kenapa?"

"Gue injek air apaan, ya?"

"Siniin ponsel lo, biar gue cek lantainya."

Banyu menyinari sekitaran lantai yang tadi terinjak, ada air berwarna hitam di sana. Ketika Banyu ingin menyentuhnya, Banu dengan cepat menegah.

"Kita gak tahu itu air apaan, Nyu. Jangan sentuh."

"Ck, gak papa kali, Nu. Dari baunya sih kaya bau kopi. Maskernya Binta tumpah kayaknya nih."

"Lo ga usah ngomong begitu buat menenangkan gue."

"Gak, gue serius. Coba lo cium sendiri deh baunya."

"Ogah."

DOR!

Terdengar bunyi balon yang diledakkan, lalu disusul dengan lampu yang tiba-tiba menerangi seluruh ruangan. Dihadapan mereka sudah ada sang ayah, ibu, dan Binta. Mereka membawa kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka satu dan sembilan menancap di atasnya. Sambil tersenyum lebar, mereka berseru, "Happy birthday si kembar bandel!"

Banu dan Banyu terdiam, saling melempar pandangan, entah kenapa semua rasa yang sempat mampir tadi berubah menjadi sebuah kekesalan.

"Apa-apaan?!" 

"Banu, maaf. Ibu tahu kamu takut dengan yang seperti ini, tapi ini semua untuk kamu juga ke depannya." Menghela napas sejenak, ibu mereka melanjutkan, "Banyu, seperti biasa, kamu sangat pemberani."

"Jangan bilang, dari awal ini semua rencana kalian? Apa untungnya bikin prank gini? Masukin ke channel you*tube?"

Banu yang masih shock dan diam dari tadi akhirnya buka suara.

"Aku mau tidur," ujarnya singkat, kemudian melangkah menuju kamarnya.

"Banu, dengar. Kamu tahu kan Ayah sering bepergian untuk mencari banyak benda? Kamu pikir selama ini itu semua hanya Ayah lakukan karena sekadar hobi saja?"

Langkahnya terhenti, tanpa berbalik dia menjawab, "memangnya apa lagi alasannya kalau bukan hobi?"

"Memangnya selama ini kalian bisa makan dan sekolah pakai uang dari mana? Ayah mencari dan menjual, banyak orang atau perusahaan yang mencari benda-benda langka, harganya juga tidak pernah murah, ini pekerjaan yang menjanjikan."

"Lalu?"

"Ayah ingin kalian ikut Ayah setelah lulus kuliah nanti."

"Apa hubungannya dengan ini semua?"

"Ayah tidak perlu terlalu khawatir jika Binta yang penakut, kalau Banyu memang sangat berani, kamu? Ketakutanmu bukan hanya pada hal seperti hantu, kamu juga takut pada semua hal yang tidak bisa kamu selesaikan, atau sesuatu yang membuatmu bingung. Itu bukan hal yang bagus, Banu."

Suasana hening sekali, sampai Binta berkata, "Mas Banu, aku juga penakut kok, kita bisa bikin kelompok penakut di rumah ini, gausah takut sendirian, aku temani, oke?"

Melebarkan mata, Banu tidak menyangka adiknya akan mengeluarkan kata-kata semenyebalkan itu di saat semuanya sedang serius. Banyu menahan tawa, ini bukan saat yang tepat untuk terbahak.

"Maaf atas semuanya, Banu. Ayah akan berbuat begini lagi di ulang tahunmu selanjutnya."

Mendengar itu, tingkat kesalnya Banu sudah melewati batas, dia cepat-cepat pergi ke kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar, semua lampu lagi-lagi padam.

"AKU BENCI AYAH!!"

Dari bawah, terdengar suara tawa yang kencang, misteri ruang baca ini ternyata hanya bualan semata. Percuma saja dia ketakutan.

Lain kali dia akan belajar mengendalikan rasa takutnya, terjebak dalam lubang yang sama dua kali bukanlah hal yang bagus. Dia harus berani.

{Bagian 6/6}
-Selesai-

Komentar

  1. Banu malu ternyata.. . Wah endingnya keten kak 👍

    BalasHapus
  2. Nunggu season berikutnya. Aku bayangin bakal kaya national treasure ya?

    BalasHapus
  3. Akhirnya ending juga yaa...

    Semngat terus kaka

    BalasHapus
  4. Total part 1- 6 berapa kata kak?

    BalasHapus
  5. keren kakak suka tulisannya... ak ke prediksi endingnya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer