Misteri Ruang Baca #2

Misteri Ruang Baca #2

 |2| siapa lagi?



Berita tadi pagi cukup mengejutkan Banu dan Banyu. Ruang baca milik ayah mereka berada di kamar paling ujung lantai dua, selalu terkunci selama pemiliknya tidak di rumah. Tio—ayah mereka—adalah seorang kolektor benda antik, dia sering sekali pergi ke tempat yang jauh. 

Tidak ada yang suka membaca selain sang ayah di keluarga ini. Lagi pula, buku yang tersimpan di sana pastilah yang berhubungan dengan arkeologi, sejarah, dan yang sejenisnya. Sama sekali tidak menarik minat tiga bersaudara itu, ibu mereka pun sama, lebih suka puisi klasik dan lagu lawas. Kesimpulan, seharusnya ruang baca itu tidak terbuka dengan sendirinya, jika bukan mereka, lalu siapa?

"Kepikiran yang tadi, Nu?" 

Banu mengangguk, menoleh pada Banyu yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Tau gak? Tadi malam gue kebangun karena denger suara benda yang agak berat jatuh. Awalnya gak mikir apa-apa dan lanjut tidur, tapi setelah pertanyaan ibu tadi gue jadi mikir, apa ada maling ya tadi malam?"

"Masa maling masuknya ke ruang baca? Kecuali dia pecinta benda aneh juga kayak Ayah." Banyu melangkah masuk, duduk di kursi, lalu melanjutkan, "kata Ibu kan ada satu buku yang gak ada, mungkin itu kali yang jatuh tadi malam."

"Gimana bisa Ibu tau ada satu buku yang gak ada? Emang Ibu hafal semua buku Ayah?"

"Enggak, tapi rak buku Ayah tuh isinya nge-pas, gak ada celah. Nah sekarang jadi ada celah buat naro satu buku, artinya ada yang hilang, betul apa betul?"

"Hm, tau ah pusing."

Banyu juga ikutan pusing dibuatnya. Pergi keluar dan menuju tempat kejadian, dia penasaran. Ruang bacanya sudah dikunci lagi, pasti Ibu mereka yang menguncinya. Memegang gagang pintu, Banyu mencoba memutar knop itu ke bawah, tidak terjadi apa-apa, benda itu masih berfungsi dengan baik. Memilih untuk melupakannya saja, dan menganggap itu hanya kebetulan semata, ia kembali ke kamarnya. Tugasnya tadi malam menunggu untuk diselesaikan.

Hari sabtu, biasanya mereka tidak di rumah, tetapi tugas membuat mereka tidak bisa beranjak keluar seharian. Sang ibu yang merasakan hawa kebosanan menyebar di penjuru rumah, berinisiatif membuatkan masing-masing segelas susu dan sepiring biskuit, lalu memanggil mereka.

"Ada apa, Bu?" 

"Sini, duduk. Makan ini dulu, hari ini kalian semua sibuk banget di kamar masing-masing, sampai gak jalan-jalan ke luar rumah, banyak banget ya tugasnya?"

Banyu duduk lebih dulu, Banu ke dapur untuk mengambil toples kerupuk, Binta belum kelihatan.

"Tugas aku sama Banu emang banyak banget, Bu. Gak tau deh kalo Binta, apa dia udah tidur ya?"

"Belum, tadi gue liat lampu kamarnya masih nyala, paling bentar lagi turun," sahut Banu yang baru kembali dari dapur. "Besok kayaknya aku sama Banyu gak kemana-mana lagi, Bu."

"Loh sampai besok gak selesai juga tugasnya?" 

"Selesai kok, tapi pengen tidur aja seharian, capek."

Binta turun dengan membawa serta sebuah buku pengetahuan alam, langsung duduk dan ikut mencomot kerupuk dari toples. Tugasnya tak kalah banyak dari para kakaknya.

"Tidur seharian gak enak, yang ada pas bangun malah nambah capek, Mas."

"Ya jangan diartikan secara harfiah juga, Bin. Maksudnya tuh mau leha-leha aja sambil nge-game atau apa gitu."

Di ruang keluarga mereka ini tidak ada televisi, sengaja. Sang ayah ingin ketika mereka duduk bersama, fokusnya tidak terganggu dengan acara yang ditampilkan di layar kaca. Setelah berbincang-bincang beberapa lama, tak terasa minuman dan makanannya sudah habis, waktu menunjukkan pukul 22:48. "Ya sudah, kalian masuk ke kamar masing-masing dan langsung tidur, sudah mau tengah malam."

"Aku aja yang beresin ini, Bu. Tidur aja duluan," ujar Banu.

Binta dan Hilma—ibu mereka—masuk ke kamar duluan. Banyu masih ingin duduk sebentar, mencerna makanan, katanya. Banu ke dapur dan mencuci piring dan gelas. Setelahnya Banu naik ke atas, menuju kamarnya. Namun, jalannya terhenti, pintu di samping pintu kamarnya terbuka lebar, Banu melewati kamarnya dan ke ruang baca, tidak ada siapa-siapa. Dia melihat ada tambahan ruang kosong di rak buku, artinya sekarang ada buku yang menghilang. Mata Banu melotot, ada apa ini sebenarnya?

"Bu! Banyu! Binta! Siapa lagi yang tadi masuk ke ruang baca?!"

Komentar

  1. Masih belum ketemu juga pelakunya? Huft nyari perhatian ni orangnya... heheh

    BalasHapus
  2. yes, saya suka thriller. Lumayan merinding aliran jazz baca ini. Apalagi pas pintu kamar kerja saya kebuka sendiri. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah siapa tuh yang buka pintunya, jangan-jangan...

      Hapus
  3. Aku jadi ikut deg degan baca tulisan ini kak... Keren tulisannya 👏👏👏

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. ya ampun penasaran sekaliiiiii. itu sebenernya siapa yang masuk si?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo tebak siapa? Tunggu chp selanjutnya ya 🤗❣️

      Hapus
  6. Ceritanya seruuuuu...Kutunggu lanjutannya Kak

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. Iya, cerbung, silakan mampir ke chp 3 nya juga kak🤗

      Hapus
  8. wahhh buku yang hilang itu buku keramat kah?
    aku penasaran menantikan kelanjutannya ... dinantiii

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer